Aisthéta, Pameran Tunggal Goenawan Mohamad di Orasis Art Space 

ART | EXHIBITION | SURABAYA | INDONESIA | 2023 

Goenawan Mohamad memberikan sambutan pada Opening Ceremony pameran Aisthéta (foto oleh Orasis Art Space).

Di pameran keempatnya, Orasis Art Space menggelar pameran tunggal pertama mereka yang menghadirkan rangkuman karya-karya Goenawan Mohamad mulai dari lukisan akrilik dan minyak pada kanvas, drawing pada kertas dengan charcoal dan tinta, sampai karya-karya litografi dan intaglio. Aisthéta sebagai judul pameran ini berasal dari sebuah kata dari bahasa Yunani kuno yang memiliki arti hal-hal yang dapat dilihat oleh indera dan merasakan semua keindahan. Kata ini merupakan istilah yang digunakan sebelum kata estetika menggantikannya ketika membicarakan studi formal tentang keindahan dan seni. 

Tema pameran terinspirasi dari fenomena yang terjadi saat ini di mana arus informasi—khususnya melalui karya-karya visual di internet—berlalu-lalang dengan amat cepat. Dari arus informasi yang cepat ini, lama-kelamaan, rentang perhatian (attention span) orang-orang menjadi semakin singkat. Hal ini kemudian berdampak pada kebiasaan orang-orang yang hanya melihat sesuatu di permukaannya saja tanpa mencoba memahami lebih dalam dan mengakibatkan orang-orang terbiasa untuk berpikir secara dangkal akan sesuatu.

Dalam tur kuratorial yang dipandunya pada resepsi pembukaan pameran pada tanggal 3 Juni 2023 lalu, Wicaksono Adi selaku kurator menyampaikan bahwa Goenawan Mohamad mengatakan kalau lukisan, kegiatan melukis, dan seni rupa sudah menyelamatkannya dari hal-hal yang sifatnya dangkal. Karena menurutnya, kedangkalan itu akan membentuk pola pikir kita. Sama seperti ketika ia menulis puisi, melukis bagi Goenawan Mohamad telah menyelamatkannya dari hal-hal seperti itu. 

Di pameran ini, pengunjung diajak untuk berkontemplasi yang kemudian mencoba menafsirkan sendiri makna-makna dari lukisan yang dipamerkan berdasarkan pengalaman masing-masing. “Biasanya, makna dari suatu karya itu dicari-cari oleh para penikmatnya. Apa maksud sebenarnya seniman menghasilkan karya tersebut. Seniman tentu punya preferensi atau cerita sendiri yang ingin ia sampaikan melalui karyanya itu namun kita juga punya hak sepenuhnya untuk menafsirkan suatu karya berdasarkan pengalaman kita sendiri. Karena, apa yang ingin ia sampaikan itu belum tentu merupakan hal yang paling cocok dengan kita. Pesan dan maksud dari lukisan juga bisa sampai atau tidak ke pada para audiens tergantung dari pengalaman audiens sendiri. Saat ini, proses interpretasi karya dapat bergantung pada pengalaman masing-masing individu yang melihatnya,” ujar Wicaksono Adi dalam tur kuratorialnya. 

Pada tur kuratorial di resepsi pembukaan ini juga Wicaksono Adi mencoba menafsir dua lukisan berukuruan besar sebagai contoh proses kontemplasi dan interpretasi karya yang disebutkan sebelumnya. Ia juga menyebutkan tentang benang merah suasana karya-karya yang dipajang pada pameran ini. “Secara umum, ia (Goenawan Mohamad) ingin menampilkan suasana dunia dari karya-karyanya itu hening, tenang, tidak ada sesuatu yang riuh,” jelas Wicaksono Adi. Dari contoh proses penafsiran ini, pengunjung saat itu tergugah untuk berdiam sejenak setiap kali melihat karya yang dipajang dan mencoba memahami apa yang ingin disampaikan atau ada cerita apa yang ingin disampaikan dari karya tersebut. 

Pameran ini menghadirkan sekitar 13 karya lukisan berukuran besar, 38 lukisan berukuran kecil, dan 5 buah karya litografi karya Goenawan Mohamad di ruang pameran. Beberapa karya lain miliknya dipajang  juga di ruang baca yang didesain menggunakan furnitur-furnitur dari KANA Funiture. Di ruang baca ini, buku-buku yang disusun di dalam rak buku dikurasi sendiri oleh Goenawan Mohamad. Pengunjung yang datang bisa membaca buku di ruang baca namun tidak diperkenankan untuk membawa makanan dan minuman meskipun berada di sebelah area pop-up café. 

Acara yang berlangsung sampai tanggal 13 Agustus 2023 ini tidak hanya menyajikan guided tour bagi para pengunjung melainkan akan ada beberapa acara pendamping seperti beberapa diskusi dan lokakarya (discussions and workshops), open mic poetry, art station, dan pop-up café. Untuk art station pada pameran kali ini, Orasis Art Space mengajak pengunjung yang berminat untuk membuat karya mono print dari tumbuhan dan kemudian dibubuhi puisi pilihan pengunjung di atasnya dalam Art Station: Botanical Monoprint. Pop-up café dari hari pembukaan sampai tanggal 9 Juli 2023 akan diisi oleh The Pit Surabaya.  

Untuk informasi lebih lanjut mengenai jadwal acara diskusi, lokakarya, open mic poetry, dan art station, pengunjung bisa mengikuti akun instagram Orasis Art Space karena informasi lebih lanjut mengenai pameran akan diunggah di sana.