Continuity – Unicorn Young Collectors Club (UYCC) Art Gallery Exhibition

ART | EXHIBITION | SURABAYA | INDONESIA | 2023

Bermula dari sebuah creative space dengan taglineHome for Creative and Artistic Souls”, Unicorn Creative Space melakukan ekspansi dengan membuka Unicorn Young Collectors Club (UYCC) Art Gallery. Bertempat di Lantai 2 The Win Hotel Surabaya, acara pameran pembukaan untuk tamu VIP diadakan pada tanggal 10 Maret 2023 dan untuk tamu undangan pada tanggal 11 Maret 2023 pukul 14.00 sebelum pameran tersebut akan dibuka untuk umum pada pukul 17.00.

Sejak mendirikan Unicorn Creative Space pada November 2020, Aldridge Tjiptarahardja selaku pendiri atau founder merasa permintaan atau demand dari penikmat karya seni di Surabaya cukup banyak. Maka dari itu, ia ingin membuat sebuah tempat yang dapat menjadi jembatan antara kolektor muda dengan seniman-seniman lokal Indonesia. Selain itu, dengan dibentuknya UYCC Art Gallery ini, Aldridge ingin membuat hal inklusif seperti karya seni lukis dikemas dengan cara yang eksklusif. Dengan begitu, ia berharap karya-karya seni ini dapat menjangkau semua kalangan mulai dari golongan sosial ekonomi menengah ke bawah hingga menengah ke atas.

Continuity yang artinya keberlanjutan ini multitafsir sebenarnya ya. Misalnya, biasanya orang-orang kan penginnya kalau pertama itu diberi judul introduction, prolog, atau apa. Nah kami ini inginnya langsung mengejar ke keberlanjutan, continuity, untuk sesuatu yang berjangka panjang,” jelas Aldridge ketika kami tanya tentang penjelasan mengenai filosofi tajuk “Continuity” dalam pameran ini. Dari tajuk “Continuity” ini pula UYCC Art Gallery berkolaborasi dan mencoba mengangkat seniman-seniman atau platform yang konsisten di bidangnya. Dari sini, diharapkan mereka secara terus-menerus, secara berkelanjutan, dapat konsisten dalam membuat karya.

Dalam menggelar pameran pembukaan ini, UYCC Art Gallery menggandeng beberapa platform, studio, dan para penggiat seni lainnya yang konsisten di bidang ini untuk memamerkan karya-karya mereka seperti Noah Project, Teh Villa Gallery, Pola Circa, LZY Visual, Meramu, DUAEMPATUJU, dan ISI Surakarta. Selain itu, pada hari pertama pembukaan tanggal 10 Maret, pameran dilengkapi dengan performance art dari Dimas Ijat dan interactive live music showcase oleh Indy Sellen. Kemudian pada hari kedua pembukaan tanggal 11 Maret, pameran dilengkapi dengan interactive live music showcase oleh Gandarusa. Selain itu, pengunjung juga bisa mengikuti beberapa kegiatan workshop atau lokakarya yang diadakan oleh UYCC Art Gallery bersama Oliswel seperti creative journaling dan pop-up color vase arrangement.

Di area pameran pertama, pengunjung disambut oleh karya-karya dari beberapa seniman dari Noah Project. Noah Project merupakan platform seni yang berbasis di Jakarta namun sudah berekspansi ke Bandung dan Bali. Di acara ini, bersama UYCC Art Gallery, Noah Project melanjutkan misi mereka untuk memperkenalkan seni ke berbagai kalangan dan mengajak siapapun untuk mengapresiasi seni dengan edukasi, pameran, diskusi dan kegiatan populer lainnya. Noah Project juga memiliki platform digital yang bertujuan memudahkan para kolektor atau siapa pun yang tertarik untuk membeli karya, mereka bisa mendapatkannya melalui platform digital tersebut. Karya-karya yang dipamerkan ini didominasi oleh karya dua dimensi yang dibuat menggunakan banyak media mulai dari cat akrilik, cat minyak, marker, charcoal, dan perpaduan di antaranya.

Masih di area yang sama, terdapat karya dari Teh Villa Gallery yang berasal dari Bali. Warna merah di dinding area pameran Teh Villa Gallery merupakan representasi dari warna khas Teh Villa Gallery sendiri.

Di Area kedua pameran, terdapat instalasi interaktif kolaborasi antara Pola Circa dan LZY Visual. Terdapat tiga sub area instalasi di area ini. Yang pertama adalah area interaktif di mana objek dalam video projection mapping bisa bergerak mengikuti gerak orang-orang yang beraktivitas di depannya. Area ini juga dilengkapi dengan lantai berbentuk gelombang sebagai batas antara area sirkulasi pameran dengan area instalasi ini. Area ini juga digunakan sebagai panggung dalam acara interactive live music showcase oleh Indy Sellen dan Gandarusa di acara pembukaan. Dua area selanjutnya adalah instalasi yang terinspirasi dari bentuk gelombang oleh Pola Circa dan sebuah photobooth yang ditembak oleh proyeksi di sudut ruangan.

Tema yang diusung dalam instalasi interaktif ini adalah Intuisi Resonansi, tentang kepekaan terhadap lingkungan sekitar. “Konsep ikan yang bergerombol itu dari LZY Visual, sedangkan instalasi berbentuk gelombang itu dari kami,” jelas Rizkiawan selaku founder dari Pola Circa.

Area selanjutnya yang diberi warna identitas Unicorn yaitu warna ungu, merupakan area pameran koleksi privat milik pendiri (founder) Unicorn sendiri. Karya-karya di area ini didominasi oleh karya dari seniman lokal dan ada satu karya dari seniman Jepang yang dipajang di bagian awal area. Di ujung lorong, terdapat sebuah bufet kayu berukuran sedang berisi buku-buku koleksi perpustakaan komunal Sama-Sama Baca. Di perpustakaan ini, pengunjung pameran bisa berdonasi dan meminjam buku. Selain itu, terdapat instalasi dari Grab sebagai salah satu pendukung acara.

Di area lorong selanjutnya terdapat karya-karya dari Meramu. Meramu merupakan online marketplace untuk karya-karya orisinal yang bertujuan membuat seni dapat diakses dengan mudah khususnya untuk para pembeli karya seni entry-level dan membawanya ke rumah pembeli.

Di area dengan tirai berwarna merah di dekat lorong karya Meramu, terdapat instalasi seni karya DUAEMPATUJU kolektif. Karya ini bercerita tentang seseorang yang merasa kewalahan, overwhelmed, dengan rutinitas pekerjaan 8 jam sehari yang dilakukannya dan berpikir apakah ia bekerja untuk hidup atau hidup untuk bekerja.

Di area pameran terakhir, terdapat karya-karya dari beberapa mahasiswa ISI Surakarta. “ISI Surakarta membawa total 5 judul karya yang dipilih berdasarkan kurasi yang tidak terlalu khusus. Fokus kurasi karya terpilih untuk acara ini adalah yang menggambarkan perbedaan cara pandang akademisi seni di satu institut yang sama,” jelas Dessy, perwakilan dari ISI Surakarta.

“Proses kurasi dicari dari kecenderungan berkarya mahasiswa. Karya-karya yang dipilih untuk ditampilkan adalah yang memiliki persinggungan antara teori-teori dan perspektif sosial politik yang diresapi oleh akademisi seni rupa. Figur penokohan dengan novelty yang tampil pada karya ‘Dewa Mahendra John Lennon’ yang ingin mengingatkan kembali bahwa lagunya memiliki dampak kesadaran tentang perdamaian, Karya ‘Pondra’ yang menampilkan tokoh aktivis feminis Simone de Beauvoir ingin meletakkan kembali semangat tentang kesenjangan gender yang sepertinya tetap terus diperjuangkan hingga saat ini. Avif Ziadi yang menanggapi isu sosial, konsumerisme, dan ikon-ikon kapitalisme yang semakin “desirable” dengan adanya sosial media, representasi psikologi manusia tentang memori diilhami oleh Jerojerr sementara objek-objek banalisme diolah dalam abstraksi kontemporer oleh Tezza,” lanjut Dessy menjelaskan.

Dessy juga menjelaskan tetang photolithography dan linocut yang berkaitan dengan karya yang dipamerkan. “Photolitography dan Linocut adalah aksi live workshop studio yang kami suguhkan untuk menunjukkan bagaimana studio seni cetak grafis. Selain untuk meluruskan frasa ‘seni grafis’ yang saat ini populer sebagai seni desain digital juga ingin menunjukkan pengalaman slow-making-process di dunia seni rupa di tengah maraknya fast-printing. Dengan adanya live-printmaking seni cetak grafis tersebut kami berharap industri seni rupa dapat lebih menghargai cara kerja manusia.”

Photolito itu handmade artprint, art merch versi terjangkau bagi yang ingin mengkoleksi karya-karya mahasiswa ISI Surakarta dalam bentuk kertas yang mudah digenggam dan praktis. Proses pengerjaannya dilakukan dengan mencetak tinta yang ditempel pada 4 plat besi dengan masing-masing warna CMYK. Pengerjaan satu karya yang memiliki warna dilakukan dengan 4 kali pencetakan, sedangkan yang hitam putih hanya membutuhkan satu plat warna saja.”

“Sedangkan linocut itu teknik cetak tinggi, kemarin kita bekerja sama dengan UYCC mencetak 100 pcs hasil printing linocut untuk dibagikan gratis bagi pengunjung selama persediaan masih ada.”

Leave a comment